Catatan Stoik #11:Materialistik, dan tekad yang tak Goyah
CATATAN STOIK - Uang, kekayaan, kekuasaan, puji dan sanjung adalah sekelompok materi yang kerap mengganggu kita dalam mengambil sebuah keputusan dalam hidup.
Dalam keadaan terjepit, hilang keseimbangan. Tiada tempat mengadu, kita terkadang menanggalkan nilai-nilai prinsip dalam hidup kita. Alih-alih dalam posisi teramat sulit dan besar, untuk perkara kecil misalnya kita kerap melepaskan hal yang prinsip dalam hidup kita.
Sebagai contoh, gara-gara tidak cukup banyak uang, kita mengganti Oli sepeda motor kita yang biasa kita gunakan dengan kualitas yang baik, diganti dengan biasa saja.
padahal pada prinsipnya, perawatan motor yang terbaik adalah selain dilaksanakan dengan rutin, sparepart dan oli yang berkualitas juga menentukan stamina dan kualitas perawatan motor tersebut.
Kita langgar hal yang prinsip tersebut karena keadaan yang memaksakan kita untuk memilih tindakan demikian. Itu adalah contoh kecil dari kepingan hidup yang multikompleks ini.
Dapat saja dia menjadi sebuah masalah yang besar ketika kita menghadapi sesuatu yang berada di luar kendali kita(seperti dalam kasus kecil di atas) , kita tetap keukeuh dengan prinsip di atas sehingga memaksakan diri minjam uang sana-sini demi mengganti oli dan pelayanan terbaik untuk motor kita.
Tentunya berakibat kita memproduksi kredit yang baru dalam kehidupan ekonomi sehari-hari kita. Contoh tersebut masih hal yang kecil. Bagaimana kita bersikap untuk sebuah hal yang tentunya lebih besar lagi?.
Contoh yang sedikit besar misalnya, Para Pejabat yang masih menjabat setahun atau dua tahun menjabat misalnya, Ia memiliki keyakinan yang luhur dan bisa saja menjadi tekadnya, Bahwa Korupsi adalah tindakan kemanusiaan yang biadab!
Namun Tekad itu tergoyahkan, Selain Korupsi sebuah kebejatan peradaban, Prestise, ketenaran dan uang merupakan Kebenaran yang diabstraksikannya menjadi sebuah nilai yang prinsip dalam hidupnya.
Bahkan dalam keadaan terjepit, Tuntutan prestise semakin tinggi, kebutuhan finansial membumbung demi memenuhi prestise tersebut, ia memilih untuk korupsi sebagai jalan hidupnya. Sebuah tekad awal dalam pikirannya yang tergoyahkan.
Aku mendapat satu pelajaran bahwa, sesuatu hal yang akan menjadi pilihan lalu membentuk sebuah tekad dalam hidupku adalah musti sesuatu yang bersifat fundamen, mendasar normatif.
bentuknya abstrak. Immateri dan abadi, universal berlaku sampai kapanpun. Hal yang menjadi ajaran-ajaran luhur dalam norma sosial moral dan agama. Hal yang tidak dapat dibentuk dengan materi.
Bukan uang, bukan barang, bukan reaksi-reaksi emosional dalam jiwa dan pikiran seperti sanjungan, pujian dan penilaian-penilaian di luar diri lainnya. Hal-hal tersebut bukan sesuatu yang aku jadikan tekad.
Namun Berbuat baik kepada siapa dan apapun menjadi sebuah tekad yang aku bulatkan dalam hidupku. Berbuat baik dalam bentuk yang abstrak, Berbuat baik bukan hanya dalam bentuk materi, uang, harta dan jabatan.
Berbuat baik dengan apa adanya yang aku punya. Biarlah mereka katakan aku manusia plin plan dan tidak jelas. Jelas tidaknya aku di mata orang lain, itu bukan urusanku. Aku tidak bisa mengendalikan hal tersebut.
Tinggalkan Komentar
Tambah Komentar
Blog Terkait
Catatan Stoik #17: Menjadi Manusia semesta
CATATAN STOIK - Dalam kehidupan ini, bolehlah kita menoleh kepada diri kita sendiri tentang bagaimana kita memperlakukan apa-apa yang berada di
Lebih DetailCATATAN STOIK #16: Selimut Keinginan
CATATAN STOIK - Keinginan terkadang dapat menjadi sebuah malapetaka. Keinginan malah menjadi penghambat manusia untuk mencapai keinginan itu sendiri. Berapa banyak
Lebih DetailCatatan Stoik #15: Belenggu kebiasaan Buruk
Catatan Stoik - Kebiasaan buruk merupakan sisi gelap masa lalu yang belum tuntas bagi seorang manusia. Ia merupakan kegiatan Amoral (apapun
Lebih DetailCatatan Stoik #14: Waktuku Habis Untuk Kepentingn Orang lain!
Catatan Stoik - Ketika itu, Berapa banyak waktuku tersedot habis memikirkan apa yang "baik" aku lakukan di mata Orang lain. Aku harus
Lebih DetailBlog Terkini
Hari Natal: Duri di tengah jalan Pluralitas
Menelusuri Akar dari kebencian, Gus Miftah dan Sunhaji
PKM UNIMED: SERAH TERIMA TAMAN BACA RUMAH INTUISI
Menu
Hubungi Kami
KOMUNITAS LITERASI PERADABAN
|
Tanjung Pura Kabupaten Langkat, Sumatera Utara - 20853 |
|
081360424202 |
|
muhammadsangbintang@gmail.com |