CATATAN STOIK #6: Manusia Pemburu Nilai
CATATAN STOIK - Kaum Sufi pernah mengungkapkan, Barang siapa yang mengenal dirinya, sesungguhnya Ia mengenal akan Tuhannya. " Petuah ini memberikan makna yang dalam bagi kita.
Inti dari kebahagiaan adalah tahu akan diri kita sendiri, hingga kita dapat mentukan pilihan sesuai dengan karakter kita sendiri.
Ketika tahu akan apa maunya diri, Kita akan menemukan nilai di sana. Nilai yang bersifat abadi (Absolut). Nilai yang terdiri dari Kebenaran yang dalam istilah filsafat mengatakan Hakikat dari sebuah kebenaran.
Kebenaran yang abadi, itulah Tuhan. Sesuai dengan pernyataan Sufi di atas. Kebenaran abadi itulah yang dijadikan nilai yang dipedomani. Aku tahu, bahwa memiliki pengetahuan tentang karakter diri sendiri itu amat penting.
Aku tahu, berapa besar pentingnya memahami diri sendiri. Atas beberpa kurun waktu yang telah berlalu, aku banyak mengalami dialektika dalam hidup. dan tenyata, hampir semua peristiwa itu penyebab terbesarnya bahwa Konflik diri.
Konflik diri artinya tidak menerima keadaan diri. Disebabkan tidak pernah mau refleksi, menoleh ke dalam, memahami apa maunya diri sendiri. Aku kerap mengeluh kepada hidup dan menyebabkan aku sering depresi ringan menganggap Tuhan enggan mendengar rintihanku.
Sementara, Tuhan itu ada dalam diriku, Tuhan itu adalah kebenaran yang sejati, inti dari hidup dan jiwaku. Aku merasa Bodoh, sementara Tuhan dalam diriku tidak pernah memberikan pengertian tentang bodoh dalam hati dan pikiranku.
Sebab semua manusia, tak terkecuali aku IA ciptakan memiliki potensi unik dan unggul karena dilengkapi pikiran dan akal, Lantas mengapa seenaknya aku menisbahkan Kata Bodoh untuk diriku sendiri, memangnya aku lebih berkuasa dari pada Tuhan?
Hingga saat ini aku sadar, aku harus memiliki nilai yang mesti aku pedomani dalam menjalani hidupku sendiri. Nilai itu adalah Tuhan dan aku tidak boleh menyalahkan diriku, merasa rendah diri, karena Tuhan ada dalam diriku. merendahkan diri, berarti merendahkan Tuhan!.
Manusia sejatinya memburu makna, memburu nilai. Karena Makna itu adalah Tuhan, nilai itu adalah eksistensi NYA. Dalam pencahariannya, manusia kerap kali terjebak memburu nilai yang absurd. Terjebak dalam keniscayaan bendawi. Bukan Tuhan!
Ia Lupa lalai memburu kebenaran yang abadi, kebenaran itu sangat dekat dalam jiwa nya.!
Tinggalkan Komentar
Tambah Komentar
Blog Terkait
Catatan Stoik #17: Menjadi Manusia semesta
CATATAN STOIK - Dalam kehidupan ini, bolehlah kita menoleh kepada diri kita sendiri tentang bagaimana kita memperlakukan apa-apa yang berada di
Lebih DetailCATATAN STOIK #16: Selimut Keinginan
CATATAN STOIK - Keinginan terkadang dapat menjadi sebuah malapetaka. Keinginan malah menjadi penghambat manusia untuk mencapai keinginan itu sendiri. Berapa banyak
Lebih DetailCatatan Stoik #15: Belenggu kebiasaan Buruk
Catatan Stoik - Kebiasaan buruk merupakan sisi gelap masa lalu yang belum tuntas bagi seorang manusia. Ia merupakan kegiatan Amoral (apapun
Lebih DetailCatatan Stoik #14: Waktuku Habis Untuk Kepentingn Orang lain!
Catatan Stoik - Ketika itu, Berapa banyak waktuku tersedot habis memikirkan apa yang "baik" aku lakukan di mata Orang lain. Aku harus
Lebih DetailBlog Terkini
Hari Natal: Duri di tengah jalan Pluralitas
Menelusuri Akar dari kebencian, Gus Miftah dan Sunhaji
PKM UNIMED: SERAH TERIMA TAMAN BACA RUMAH INTUISI
Menu
Hubungi Kami
KOMUNITAS LITERASI PERADABAN
|
Tanjung Pura Kabupaten Langkat, Sumatera Utara - 20853 |
|
081360424202 |
|
muhammadsangbintang@gmail.com |