Catatan Stoik #12: Jalan Ketenangan
Catatan Stoik - Pernah suatu ketika aku berencana untuk melakukan perjalanan hanya untuk sekedar refreshing, Healing menghilangkan suntuk dan pusing di kepalaku.
Menggunakan sepeda motor, berjalan melintasi pegunungan, hutan-hutan lalu duduk sekedar di pinggir tebing nan tinggi hanya sekedar minum kopi, lalu pulang kembali ke rumah.
Perjalanan itu berkilo-kilo meter jaraknya dari rumahku. Aku habiskan hanya beberapa menit saja hanya untuk minum kopi, makan jagung bakar, buka ponsel pintar dan menulis lalu pulang.
Diperkirakan Hanya satu jam, waktu yang kuhabiskan untuk rangkaian ritual di atas. Sesampai di rumah ketenangan meliputiku. Aku baru dapat merasakan tidur yang nyaman saat itu.
Di sepanjang perjalanan, di atas sepeda motor, aku nikmati lipatan demi lipatan aspal jalan yang menghitam tampak memuai disebabkan terik panas. Angin bertiup kencang menimbulkan siulan di ujung kaca helmku yang separuh terbuka.
Bunyi siulan itu mirip seperti nyanyian Syahrul Khan pada film India tempo dulu. Tubuhku diselimuti jaket yang cukup tebal, menggunakan sarung tangan agar kulit tanganku tidak gosong terbakar.
Hari itu memang amat panas. Pukul 11.00 wib aku tiba di atas bibir tebing tersebut. Di tempat itu ada Warung coffe yang cukup terkenal, meminum kopi di pinggiran jurang, sayup udara segar aku hirup dalam-dalam, aku dapatkan sebuah ketenangan!.
Jalan ketenangan itu menjadi sebuah kebenaran yang penuh misteri. Berada di luar Nalar manusia pada umumnya. Aku membuktikannya pada saat itu. Banyak orang bingung, depresi, mangais, mencari tanpa menemukan sebuah jalan ketenangan untuknya.
Dinamika hidup manusia yang pasang surut membuat kita kerap merasakan dilematis. Bimbang bahkan dalam beberapa posisi manusia itu mengalami depresi dan stres yang dapat terjadi secara berkepanjangan.
Banyak dari kita yang justru memilih jalan ketenangan itu secara salah. terlibat Narkoba misalnya. Berselingkuh dan bermain cinta dengan perempuan yang bukan istrinya, bahkan ada juga manusia yang mendapat kesenangan ketika melukai orang lain!.
Aku menemukan jalan ketenangan dengan mudah. Pergi ke Gunung itu, adalah simbolisasi bahwa aku telah menemukan jalan itu. Bisa jadi esok, Aku mengunci pintu kamar, berkurung diri berjam-jam di sana , jalan ketenangan itu sedang aku jalani dalam kamar tersebut.
Karena aku sangat meyakini, kemanapun kita akan pergi, Ketenangan itu tidak akan hadir jika kita tidak tahu jalannya. Telusurilah hati, sadarakanlah diri sedang apa saat itu, maka itulah jalanmu yang diberikan NYA
Tinggalkan Komentar
Tambah Komentar
Blog Terkait
Catatan Stoik #17: Menjadi Manusia semesta
CATATAN STOIK - Dalam kehidupan ini, bolehlah kita menoleh kepada diri kita sendiri tentang bagaimana kita memperlakukan apa-apa yang berada di
Lebih DetailCATATAN STOIK #16: Selimut Keinginan
CATATAN STOIK - Keinginan terkadang dapat menjadi sebuah malapetaka. Keinginan malah menjadi penghambat manusia untuk mencapai keinginan itu sendiri. Berapa banyak
Lebih DetailCatatan Stoik #15: Belenggu kebiasaan Buruk
Catatan Stoik - Kebiasaan buruk merupakan sisi gelap masa lalu yang belum tuntas bagi seorang manusia. Ia merupakan kegiatan Amoral (apapun
Lebih DetailCatatan Stoik #14: Waktuku Habis Untuk Kepentingn Orang lain!
Catatan Stoik - Ketika itu, Berapa banyak waktuku tersedot habis memikirkan apa yang "baik" aku lakukan di mata Orang lain. Aku harus
Lebih DetailBlog Terkini
Hari Natal: Duri di tengah jalan Pluralitas
Menelusuri Akar dari kebencian, Gus Miftah dan Sunhaji
PKM UNIMED: SERAH TERIMA TAMAN BACA RUMAH INTUISI
Menu
Hubungi Kami
KOMUNITAS LITERASI PERADABAN
|
Tanjung Pura Kabupaten Langkat, Sumatera Utara - 20853 |
|
081360424202 |
|
muhammadsangbintang@gmail.com |