Media Sosial Ekspresi kita: Refleksi di Hari Madia Sosial, 10 Juni 2020
RUMAH INTUISI - Media sosial kini tak asing lagi bagi masyarakat dunia. Ia merupakan kebutuhan testier yang nyaris menjadi sebuah kebutuhan dasar bagi mereka. Betapa tidak, hari ini semua kalangan dari berbagai segmentasi masyarakat pasti memiliki akun Media sosial dari berbagai jenis layanan. Facebook, Whatsapp, Twitter, Instagram, dan lain-lain. Semuanya akrab dan selalu saja mengiasi setiap sisi kehidupan orang-orang.
Ternyata belakangan ini, pengaruh media sosial juga begitu besar bagi kehidupan peradaban manusia. Dapat mengubah sikap, kondisi kejiwaan bahkan perlakuan penggunanya. Apa yang terjadi hari ini dimulai dari dimensi sosial, politik ekonomi bisnis dan ritual keagamaan sering menimbulkan dinamika yang perkembangannya cukup mencengangkan.
Sebagai contoh satu isu dilemparkan di media sosial seperti facebook misalnya, dapat menimbulkan beragam reaksi yang para netizen dalam menanggapi hal tersebut. Ada pro dan kontra. Komentar-komentar negatif dan positif. Mendukung ataupun tidak.
Bahkan ada juga komentar-komentar yang menjurus kepada kesalahpahaman arti yang berujung kepada konflik dengan potensi diisintegrasi dalam skala besar. Menjelang Pilpres kemarin adalah merupakan pengalaman yang paling buruk dalam sejarah perpolitikan praktis negeri ini.
Pengaruh media sosial pada saat itu sangat besar. Gelombang protes dan dukungan terhadap calon-calon tertentu di media sosial sangat menentukan elektabilitas Pasangan calon di dunia nyata. Informasi hoax yang seharusnya butuh verifikasi yang jernih menambah semrautnya proses demokrasi rill saat itu sehingga, pada akhirnya di beberapa titik di negeri ini terjadi gelombang keributan yang menyebabkan kerugian harta dan korban jiwa.
Hingga kini, pengaruh itu masih menyisakan sebuah kebencian dan dendam yang tersimpan. Riak-riak itu merupakan pemicu jika suatu waktu ada isu yang dilemparkan ke media lantas kemudian disambut dengan sangat emosional sekali. Menganalisis dengan emosional, bahkan menghakimi dengan sepihak lantas terjebak kepada ujaran kebencian yang malah menimbulkan kegaduhan sosial di medsos tersebut.
Mengapa hal ini dapat terjadi? Mengapa kebanyakan manusia saat berhadapan di media sosial menjadi manusia yang absurd dan hipokrit. Kelihatan seperti seekor singa yang mengaum ketika ia berkomentar dalam salah satu postingan orang, tetapi nyatanya dalam kehidupan sehari-hari, ia tak lebih seorang pendiam yang tidak banyak cerita dan cenderung takut berinteraksi kepada orang banyak, apalagi mengalami gesekan secara langsung.
Media seosial ini mampu mengabsurd kan manusia menjadi kepribadian ganda. Serba kepalsuan dan kalaupun jujur, pengguna medsos lebih cenderung jujur tanpa batas hingga menyentuh wilayah privasi yang tidak perlu khalayak ramai mengetahuinya. Sungguh ironis kehidupan media sosial hari ini.
Tertarik dengan buku yang dibeli dari hasil rekomendsasi kakak senior kemarin dengan judul Sharingmu personal Branding-mu karangan Muhammad Fadhol Tamimy. Dalam buku tersebut ia menjelaskan bahwa karakter pengguna media sosial sangat berkaitan dengan psikologi seseorang. Karakteristik pengguna aplikasi facebook tentu akan berbeda dengan mereka yang menggunakan Twitter. Dan berbeda juga dengan mereka yang menggunakan Linkedin, Instagram, Line, Path, BBM maupun WhatsApp.[1]
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang berkepribadian extraversion jika menggunakan aplikasi YouTube, facebook dan Instagram akan memberikan dampak positif. Extraversion adalah seseorang yang memiliki karakteristik mudah didekati, ramah, riang, dan energik. Beberapa fitur di aplikasi ini adalah alasan mereka menggunakannya dalam waktu cukup lama.[2]
Begitu juga mereka yang cenderung memiliki kepribadian yang neurotism, mereka akan merasakan efek positif terhadap penggunaan media sosial tersebut. Kepribadian ini lebih cenderung emosional lebih cenderung melibatkan emosi seseorang (rasa senang, cemas, marah, gembira menangis dan tertawa). Terbukti dengan fitur-fitur yang disediakan tersebut dapat melahirkan potensi untuk merasakan kecemasan, marah dan menurunnya harga diri.[3]
Bagi mereka yang memiliki kepribadian Opennes yang lebih cenderung dengan pencarian pengalaman yang baru. Ia juga menyukai cara komunikasi yang baru. Misalnya melalui Facebook, ia akan mendapatkan ide-ide baru dalam melakukan komunikasi tersebut. Lebih sering menshare aktifitas mereka, serta belajar beradaptasi dengan perubahan.[4]
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter dasar manusia yang ia bawa akan berpotensi besar mempengaruhi bagaimana ia memperlakukan media sosial. Sehingga kita disarankan untuk lebih bijak dalam menggunakan media tersebut sesuai dengan karakter dasar yang kita miliki, sehingga kita tak salah dalam menempatkan fungsi komunikasi yang diakibatkan oleh media sosial yang kita gunakan selama ini. Karena hakikatnya, mengenal karakter diri dengan komprehensif merupakan cara yang paling penting sehingga kita mampu menggunakan media sosial dengan bijak.
Tanggal 10 Juni merupakan hari Media Sosial yang diinisasi oleh pengusha dari Solo yang bernama Handi Irawan D.[5] Peringatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dalam menggunakan media Sosial dengan bijak sehingga meminimalisir dampak negative dari efek penggunaan media sosial. Peringatan ini dilaksanakan dengan cara, mengunggah kata-kata postif berupa untaian kata-kata mutiara, pesan-pesan postif di media sosial mereka. Tampaknya peringatan ini belum begitu popular di tengah masyarakat.
Mengingat efek postif yang dihasilkan dari peringatan ini sangat baik, rasanya kita perlu mempopulerkan atau meviralkan hal tersebut agar semua masyarakat tahu akan peringatan 10 Juni ini. Sehingga secara tidak langsung menumbuhkan kesadaran bagi mereka untuk dapat bijak menggunakan media sosial.
-------------------------
[1] Muhammad Fadhol Tamimy, Sharing-mu Personal Branding-mu, (Jakarta: Visimedia, 2017), h.23.
[2] Sharing-Mu.., h. 24
[3] Sharingmu
[4] Sharing-mu
[5] https://kumparan.com/berita-hari-ini/sejarah-dan-10-rekomendasi-ucapan-hari-media-sosial-1tZx7tN4hkh/full di akses: tanggal 12 Juni 2020 pukul 12:44
Tinggalkan Komentar
Tambah Komentar
Blog Terkait
Hari Natal: Duri di tengah jalan Pluralitas
RUMAH INTUISI - ingat Hadis rasul tentang tingkat ke imanan yang mempunyai tujuh puluh tingkatan dan menyingkirkan duri di jalan adalah
Lebih DetailCatatan Akhir Tahun; Menjadi hidup apa adanya
RUMAH INTUISI - Ada yang sedikit menggelitik dari pemilihan judul artikel ini. Lebih memilih penggunaan kata "Menjadi" dari pada menjalani
Lebih DetailPara Pendaras Kalimat Cinta, Sebuah Epilog
RUMAH INTUISI - Ketika pertama kali rombongan haji menginjakkan kaki di Tanah Deli, dari perjalanan jauh di semenanjung dua Kota suci
Lebih Detail1 Muharram: Konsep waktu dalam Filsafat
RUMAH INTUISI - Hari berganti hari, tiba saatnya tahun baru Islam 1 Muharam 1445 H mengunjungi umat manusia dalam sepanjang tahun
Lebih DetailBlog Terkini
Hari Natal: Duri di tengah jalan Pluralitas
Menelusuri Akar dari kebencian, Gus Miftah dan Sunhaji
PKM UNIMED: SERAH TERIMA TAMAN BACA RUMAH INTUISI
Menu
Hubungi Kami
KOMUNITAS LITERASI PERADABAN
|
Tanjung Pura Kabupaten Langkat, Sumatera Utara - 20853 |
|
081360424202 |
|
muhammadsangbintang@gmail.com |