Melihat Konflik dalam Berbagai Perspektif; Bangunan kebenaran yang multikonpleks (Menyoal Ke Habiban HRS)
Oleh: Safawi al Jawy
RUMAH INTUISI - Kita sepenuhnya harus berada pada tahapan kebenaran dan mengujinya dengan bersungguh-sungguh jujur dan objektif. Mau tidak mau suka ataupun tidak, dalam lapangan teoritis, kita harus sepenuhnya mempelajari hubungan-hubungan konsepsi teori dengan akibat-akibat dari kausalitas dalam realitas dunia.
Intinya, apa yang terjadi dalam dunia ini sebagai konsekuensi dari teori-teori yang telah kita pelajari dari sekolah maupun pembelajaran kehidupan. Tahu atau tidak tentang teori itu, menjalaninya merupakan proses mendapatkan kesadaran pengetahuan.
Atau teori-teori tersebut bisa saja menjadi sekedar Opini yang celakanya dpat dibantah dengan opini juga, karena kita tak pandai mempertahankan dengan landsan keilmuwan yang cukup
Kerapkali terjadi, ketika sedang mengalami sesuatu secara empiris, seseorang bergumam atau dalam bentuk dialektika yang lain, pengalaman ini mengajarkan aku tentang “sesuatu” / yang sedang ia alami. Lalu ada yang bergumam, ..”oh, begitu rupanya ya..”
Bagi kita yang tidak belajar kebaikan dan hikmah. baik Melalui guru secara formalitas atau bahkan pengalaman yang lebih sering menjadi guru yang terbaik di setiap jalur perjalanan kita, pasti akan menemukan kesukaran dan kepayahan dalam menyimpulkannya, memberikan solusi atas permasalahan itu, ketika ia sedang terjadi dalam kehidupan sehari-hari saat ini.
Belajar menemukan kebenaran atau setidaknya mengklasifikasi kebenaran lewat berbagai bentuk adalah pilihan bijak. Karena sejatinya, kebenaran mestilah tidak diukur dari satu sisi secara parsial an sich melainkan dapat juga diukr dari perspektif yang berbeda-beda melalui berbagai pendekatan.
Sebagai contoh yang dapat dijadikan tolak ukur bahwa betapa kebenaran itu mesti diketahui secara akrab oleh manusia, apa unsur-unsurnya penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya, apa sumbernya dan bagaimana memverisifikasinya menjadi sebuah kepercayaan yang harus diperjuangkan.
Mengukur kebenaran Ulama atau Habib yang dicintai umat Islam. keturunan Rasul misalnya, Bagi Umat Islam secara teologis, kita diwajibkan menghormati ulama, Habib dzuriyat Rasulullah saw. sesuai dengan apa yang pernah dikatakan Nabi Muhammad saw. diriwayatkan Imam Tarmidzi:
عن ابن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أحبوا الله لما يغذوكم من نعمه وأحبوني بحب الله وأحبوا أهل بيتي بحبي. (رواه الترمذي(
Artinya: Dari Abdullah bin Abbas r.a ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Cintailah Allah atas nikmat yang telah diberikan oleh-Nya, dan cintailah aku karena cinta kepada Allah serta cintailah ahli baitku karena cinta kepadaku.” (HR. Ath-Tirmidzi)
Hadis di atas merupakan konsesus yang semua umat Muslim menyepakatinya menjadi sebuah kebenaran yang harus ditaati. Namun dalam konteks mencari kebenaran seperti yang telah dibahas di atas melalui mekanisme universal yang meliputi segala entitas kepentingan manusia yang multikultural. Sosok habib yang dimaksud mestilah memenuhi intensitas kebenaran yang multikompleks tersebut. Memenuhi ruang kebenaran yang dapat diterima semua kalangan. Habib yang mengajarkan cinta kasih sesama manusia tanpa mengumbar kebencian. Sebuah kebencian karena disebabkan apapun.
Menyoal soal Ke Habiban HRS hari ini merupakan fenomena yang unik dan sederhana sebenarnya. Maka alangkah tidak bijaknya ketika seorang artis yang terkenal menantang lalu mempersoalkan garis keturunan Dzuriyat HRS sementara dalam konteks ini, yang dimaksud penghormatan terhadap keturunan Rasul adalah ia yang mampu menjadi titik episentrum ketauladanan bagi semua kalangan.
Ketauladanan Habib yang dimaksud dalam perspektif kebenaran multikonpleks seperti dalam konsep di atas adalah ia yang mampu menjadi symbol keseimbangan perbedaan yang beragam di semesta ini. Diterima bukan hanya dalam komunitas Umat Islam sendiri, namun juga ia mampu memberikan Tauladan sebagai model yang memberikan kelembutan dan pelindung dari siapapun yang mempunyai kepentingan terhadap kebenaran.
Karena bangunan kebenaran akan rapuh dan roboh jika dibangun dengan kebencian dan permusuhan. Di atas merupakan contoh bagaimana ukuran kebenaran yang diukur melalui satu sisi sehingga menimbulkan resistensi dan bias di sisi yang lain. Pentingnya mengadopsi partikel-partikel kebenaran yang beragam sehingga manusia lebih bijak dalam menyikapi hukum relatifitas terhadap kebenaran itu.
Tinggalkan Komentar
-
25 April 2023 - 17:19 WIB
daily cialis online Watery stools for more than three days Fever Severe abdominal cramping or bloody stools
Allelmems
Website
Tambah Komentar
Blog Terkait
Menelusuri Akar dari kebencian, Gus Miftah dan Sunhaji
RUMAH INTUISI - agaknya, akhir-akhir ini Roda Kemakmuran kapitalis dikendalikan oleh setumpuk kebencian. Cobalah tengok kasus-kasus viral belakangan ini. Bagaimana proses
Lebih DetailMenjadi santri pelayan haji; sebuah Catatan akhir
RUMAH INTUISI - minggu, 9/06/24 tepat kloter 25 yang merupakan kloter terakhir dari jamaah haji Embarkasi Medan Sumatera Utara tiba di
Lebih DetailPAGUYUBAN KADER
RUMAH INTUISI - kenapa Korp Alumni Kader HMI tidak begitu mengganggu dalam dialog keseharian republik ini. hal ini terbersit diikiranku Atas
Lebih DetailRihlah Ilmiah: didampingi Dr. Muhizar, Ketua STAI JM menandatangani LoA bersama Kampus USM
RUMAH INTUISI - Jumat, 01/03/24 merupakan rangkaian terakhir perjalanan akedemik yang dilakukan oleh rombongan STAI JM Langkat. Pada kunjungan terakhir tersebut, Tim
Lebih DetailBlog Terkini
Hari Natal: Duri di tengah jalan Pluralitas
Menelusuri Akar dari kebencian, Gus Miftah dan Sunhaji
PKM UNIMED: SERAH TERIMA TAMAN BACA RUMAH INTUISI
Menu
Hubungi Kami
KOMUNITAS LITERASI PERADABAN
|
Tanjung Pura Kabupaten Langkat, Sumatera Utara - 20853 |
|
081360424202 |
|
muhammadsangbintang@gmail.com |