Luka dalam Filsafat Kata

Luka dalam Filsafat Kata

RUMAH INTUISI - Sore tadi, sepanjang perjalanan menuju suatu tujuan pada sebuah kota di ujung Kabupaten.

dengan mengendarai sepeda motor, melintasi jalan lintas Medan- Aceh, sembari mendengarkan Podcast yang berjudul LUKA dalam sebuah Filsafat Kata.

Mendengar podcas tersebut, berpikir untuk membuat artikel ini.  Sebuah keadaan yang hampir tidak dapat dihindari oleh siapapun dalam dunia ini.

Luka, terluka, dilukai dan melukai. Satu kata dasar, jika ditambah Imbuhan atau awalan akan berbeda maknanya. Luka dalam konteks filsafat kata.

Filsafat adalah pikiran yang terstruktur.

Berpikir adalah aktifitasnya dan pikiran adalah produk, begitu kata logika formal-material.

Filsafat adalah proses penemuan hikmah kebenaran yang paling dalam.

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang diikat dan dibungkus dengan kata-kata.

Kata adalah sekumpulan simbol-simbol yang berfungsi untuk menyingkap makna realitas danmakna idealitas.

Sementara Luka, dalam ilmu kesehatan Luka adalah kerusakan pada fungsi perlindungan kulit.

disertai hilangnya kontinuitas jaringan epitel dengan atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan lainnya seperti otot, tulang dan nervus.

 disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: tekanan, sayatan dan luka karena operasi (Ryan, 2014)

Luka fisik dapat disembuhkan, diobati dengan peralatan pengobatan medis.

Sementara Luka batin, keadaan yang tak sesuai dengan harapan. Dalam level tertentu, luka dapat menyebabkan Trauma Psikologis yang serius.

Butuh penanganan bertahun-tahun dalam menyembuhkannya.

Anak yang dibesarkan dengan kekerasan, caci maki, ia akan tumbuh menjadi dewasa dengan tanpa sadar membawa trauma Psikologis.

Ia bahkan menjadi pribadi yang keras, kasar dan tidak mengerti akan arti memberikan penghargaan bagi orang lain.

Ketika kita terluka, batin kita kerap berbicara, merasakan sakit yang tiada tara.

Ketika itu pulalah, kita dihadapkan sebuah sikap yang mengantarkan pikiran dan perasaan kita berada pada titik terendah.

Bahkan tak jarang menjadikan kita pencela takdir yang telah kita pilih untuk kita sendiri.

ya, takdir yang kita pilih untuk kita sendiri. Hidup ini pilihan kawan!

kita memilih dengan ragam pilihan yang alam semesta ciptakan melalui titik algoritma yang disusun Sang Pencipta sedemikian rupa untuk kita.

Tentunya pilihan menimbulkan konsekuensi yang layaknya harus diterima dengan lapang dada.

Terkadang kita yang memilih luka itu sebagai balasan dari kecerobohan pilihan hidup kita.

Kita memilih bermalas-malasan ketika hati kita terluka membaca Surat Pemberhentian pekerjaan yang menyebabkan hilangnya pendapatan kita. 

Kita terluka ketika  kekasih kita memutuskan hubungan yang selama ini kita pertahankan karena kita lebih memilih untuk bersikap kurang memberikan perhatian terhadap pasangan kita.

Banyak lagi luka-luka yang menimpa kita akibat dari pilihan yang kita tentukan tanpa berpikir matang-matang terhadap pilihan tersebut.

Lantas bagaimana menghadapi luka yang sedang menganga dalam jiwa kita? maka nikmatilah,

Lalu  sadarilah kita sedang terluka, karena sejatinya luka akan sembuh karena ada obatnya.

Obatnya adalah menemukan kesadaran diri bahwa luka adalah makhluk semesta yang pasti akan berlalu. maka nikmatilah!


Senin, 15 Mei 2023 23:28 WIB
Administrator
140 Lihat kali

Tinggalkan Komentar

0 Komentar

Blog Terkait

News
25 Desember 2024 16:09

Hari Natal: Duri di tengah jalan Pluralitas

RUMAH INTUISI - ingat Hadis rasul tentang tingkat ke imanan yang mempunyai tujuh puluh tingkatan dan menyingkirkan duri di jalan adalah

Lebih Detail
News
01 Januari 2024 19:36

Catatan Akhir Tahun; Menjadi hidup apa adanya

RUMAH INTUISI - Ada yang sedikit menggelitik dari pemilihan judul artikel ini. Lebih memilih penggunaan kata "Menjadi" dari pada menjalani

Lebih Detail
News
28 Juli 2023 01:45

Para Pendaras Kalimat Cinta, Sebuah Epilog

RUMAH INTUISI - Ketika pertama kali rombongan haji menginjakkan kaki di Tanah Deli, dari perjalanan jauh di semenanjung dua Kota suci

Lebih Detail
News
18 Juli 2023 23:28

1 Muharram: Konsep waktu dalam Filsafat

RUMAH INTUISI - Hari berganti hari, tiba saatnya tahun baru Islam 1 Muharam 1445 H mengunjungi umat manusia dalam sepanjang tahun

Lebih Detail