"Lomba Makan Kerupuk" Bagi Bangsa Indonesia
RUMAH INTUISI - Beberapa hari ini hingga akhir tujuh belas bulan Agustus ke depan, bangsa Indonesia dari berbagai daerah disibukkan dengan perayaan hari kemerdekaan negerinya. Sudah 77 tahun sejak diproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945 oleh Soekarno, bangsa ini mulai menemukan kemandiriannya di atas kedaulatan sebagai bangsa yang besar.
Berbagai event kemeriahan sebagai ekspresi rasa syukur rakyat ini terhadap kemerdekaan Indonesia dari penjajahan beratus-ratus rahun yang silam. Perayaan itu kerap dilakukan di berbagai tingkatan secara hirarkis mulai dari istana negara dengan menghadirkan tokoh penyanyi cilik Farel Prayoga yang menuai pro kontra di kalangan netizen hingga perlombaan "Makan kerupuk" tingkat RT.
Makan kerupuk adalah cabang lomba yang paling populer di kalangan rakyat Indonesia pada saat perayaan kemerdekaan Indonesia. Terutama di kalangan anak-anak, lomba ini memiliki keseruan tersendiri. Kerupuk digantung di atas tali lalu kemudian bocah-bocah berusaha memakannya tanpa boleh memegangnya dengan tangah.
siapa yang lebih cepat menghabiskan kerupuk tersebut, maka dialah yang akan menjadi pemenangnya. Lomba makan kerupuk ini dimulai sejak tahun 50-an atas ekspresi kesukuran bangsa ketika itu.
Pada Tahun 1950, stabilitas Pemerintahan baru terbangun, setelah berbagai perjuangan diplomasi dan di beberapa titik tanah Indonesia meski telah diproklamirkan kemerdekaan gerakan perlawanan penjajah Belanda tetap berkobar. Pada tahun itulah sistem pemerintahan mulai stabil.
sebagai tanda rasa syukur, Sukarno yang merupakan perisedn pertama RI mendukung kegiatan yang bersifat hiburan kepada rakyat Indonesia. digelarlah berbagai event perlombaan, termasuk lomba makan kerupuk.
Pada tahun 30 sampai 40-an, kerupuk sempat menjadi makanan pengganti rakyat Indonesia. Akibat krisis ekonomi ketika itu, kerupuk adalah makanan yang dapat dijangkau masyarakat Indonesia kelas menengah ke bawah, sebagai alternatif jika tidak mampu membeli makanan pokok.
Di antara kesengsaraan rakyat Indonesia saat itu, Kerupuk merupakan alat bagi mereka untuk bertahan dari serangan kelaparan dan kemiskinan. Kerupuk merupkan simbolisasi perlawanan terhadap kelaparan bagi kaum menengah kebawah. Hal tersebut menjadi simbol dari perlombaan makan kerupuk.
Adapun Makna simbolisasi makan kerupuk yang lain adalah, bahwa dalam sistem sosial, masih dapat dengan mudah ditemukan jurang pemisah antara kelas atas dan kelas bawah, bahkan sampai saat ini.
Perbedaan tersebut sangat kentara. Kita sering menemukan pemandangan yang lazim hari ini. Kita dapat melihat pada jalur Traffic Light deretan mobil mewah berkelas, lalu kontras dengan lalu lalang pengemis, disabilitas para peminta-minta yang berada di sekitar jalur tersebut.
Pada sebuah kaca mobil mewah terlihat turun, dari dalam mobil terlihat uluran tangan seseorang dengan selembar uang dua ribuan untuk salah satu pengemis yang lalu lalang tersebut. dengan uang dua ribu kemiskinan tentunya belum tuntas!. Dengan kedermawanan para kelas Atas belum dapat menuntaskan kemiskinan mereka.
berapa banyak konten-konten sosial di berbagai platform media sosial yang justru hanya memnuhi kepentingan kapitalistik menjadi pundi-pundi rupiah. Namun yang miskin dengan beberapa rupiah yang diberikan mereka tetap miskin dan miskin.
Kerupuk adalah makanan perlawanan. Ia merupakan makanan pengganti. yang dapat dimakan kelas menangah. Ketika kelas sosial dipenuhi orang-orang yang bisa dan mampu makan kerupuk, maka jurang pemisah antara kaya dan miskin tersebut mampu diperkecil dengan hadirnya para kaum kelas menengah Midle Class.
kelas menengah yang dimaksud adalah mereka yang berusaha mandiri, kaum cendikia, wirausaha, eksekutif muda. Mereka yang mengatur kedisiplinan dan mengedukasi diri sendiri. Mereka yang mampu membangun kritik sosial tanpa kepaentingan apapun. para pengusaha yang memiliki kesadaran bahwa Tuhan mengirimkan dia untuk menjadi agent terhadap rezeki orang lain tentunya melalui sedekah-sedekah dan zakat yang produktif.
Kelas Menengah di atas, secara filosofi mampu memakan kerupuk, siap untuk kemajuan bangsa ini. berperang untuk menghilangkan jurang yang memisahkan antara kaya dan miskin.
Bukan orang-orang yang bermental kerupuk, para pejabat yang korup. Wakil rakyat yang hedon serta pemangku kebijakan yang pak turut kepada tirani lokal yang mengancam kepentingan pribadinya. Merdekaaa!
Tinggalkan Komentar
Tambah Komentar
Blog Terkait
Hari Natal: Duri di tengah jalan Pluralitas
RUMAH INTUISI - ingat Hadis rasul tentang tingkat ke imanan yang mempunyai tujuh puluh tingkatan dan menyingkirkan duri di jalan adalah
Lebih DetailCatatan Akhir Tahun; Menjadi hidup apa adanya
RUMAH INTUISI - Ada yang sedikit menggelitik dari pemilihan judul artikel ini. Lebih memilih penggunaan kata "Menjadi" dari pada menjalani
Lebih DetailPara Pendaras Kalimat Cinta, Sebuah Epilog
RUMAH INTUISI - Ketika pertama kali rombongan haji menginjakkan kaki di Tanah Deli, dari perjalanan jauh di semenanjung dua Kota suci
Lebih Detail1 Muharram: Konsep waktu dalam Filsafat
RUMAH INTUISI - Hari berganti hari, tiba saatnya tahun baru Islam 1 Muharam 1445 H mengunjungi umat manusia dalam sepanjang tahun
Lebih DetailBlog Terkini
Hari Natal: Duri di tengah jalan Pluralitas
Menelusuri Akar dari kebencian, Gus Miftah dan Sunhaji
PKM UNIMED: SERAH TERIMA TAMAN BACA RUMAH INTUISI
Menu
Hubungi Kami
KOMUNITAS LITERASI PERADABAN
|
Tanjung Pura Kabupaten Langkat, Sumatera Utara - 20853 |
|
081360424202 |
|
muhammadsangbintang@gmail.com |