Filosofi Fitrah
RUMAH INTUISI - Berpuasa sering dikatakan sebagai ibadah yang berfungsi mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Berpuasa di Bulan Ramadhan memungkinkan pengamalnya untuk kembali kepada kesuciannya.
Kesucian itu kerap disebut sebagai fitrah. Secara bahasa, kata Fitrah menurut bahasa Arab memiliki arti asal kejadian, kesucian, serta agama yang benar (Redaksi, 2001: 20).
Jika dikatakan sebagai arti asal kejadian, Ia bersinonim dengan kata ‘ibda’ dan khalq. Fitrah manusia atau asal kejadiannya sebagaimana diciptakan Allah SWT, menurut ajaran Islam adalah bebas dari noda dan dosa seperti bayi yang lahir dari perut ibunya.
Jika disebut sebagai Fitrah dengan arti asal kejadian, akan dihubungkan dengan pernyataan dalam Qs. Al Araf 172-173:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”
Ayat di atas mengabarkan bahwa secara fitrahnya, manusia dahulu pernah berjanji dan bersaksi bahwa Allah swt. adalah Tuhan mereka, sehingga fitrahnya manusia adalah mengakui Allah sebagai tuhan mereka
Kemudian fitrah tersebut akan dipengaruhi oleh keadaan sekitar manusia ketika lahir ke dunia seperti terdapat dalam hadits yang menyebutkan semua bayi terlahir dalam keadaan fitrah (‘ala al-fitrah), dalam keadaan suci dan tergantung kedua orang tuanya akan dijadikan pemeluk Kristen, Yahudi atau Majusi.
Fitrah manusia juga disebut memiliki arti sebagai agama yang benar, yakni agama Allah SWT, dihubungkan sebagian penafsir al-Qur’an dengan kata fitrah.
Kita dapat melihatnya dalam surat ar-Rūm ayat 30: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
Al-Qurtubi juga berpendapat bahwa fitrah memiliki makna kesucian jiwa dan rohani. Dapat juga disebut sebagai firman Allah SWT yang ditetapkan kepada manusia. yaitu bahwa manusia sejak lahir dalam keadaan suci dalam artian tidak memiliki dosa. (al-Qurtubi, 1996: 5106)
Pada sisi lain Ibnu Katsir memberikan pengertian tentang fitrah yaktni dengan mengakui ke-Esaan Allah SWT atau tauhid.
pada hakikatnya sejak manusia sejak lahir membawa tauhid, atau paling tidak ia berkecenderungan untuk meng-Esakan Tuhannya dan berusaha terus mencari untuk mencapai ketauhidan tersebut (Katsir, 2004: 432).
Dari semua penjelasan di atas, dapat direnungi bahwa fitrah adalah titik balik yang menjadi episentrum kesadaran manusia untuk kembali ke pusat dirinya.
kembali ke porosnya, lalu secara reflektif menarik garis kembali ke asal dan berjalan kembali menata hidup dalam tatanan sosial maupun tatanan berketuhanan.
Ibarat Google Maps, Fitrah adalah fitur "Pusatkan kembali", untuk mengambil rute yang benar dalam melanjutkan kembali perjalanan di tempat yang dituju yaitu kebahagiaan Akhirat.
Ramadhan akan berlalu, Idul Fitri datang mengahmpiri, mari pusatkan kembali kepada fitrah kita, untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju akhirat.
karena ke depan akan amat banyak fitur-fitur duniawi yang semakin mengaburkan tujuan perjalanan kita sebenarnya. Sebab itu, kita perlu fitur Ramadhan sebagai energi yang menarik kita kembali kepada titik balik lalu memulainya kembali dengan rute yang benar menuju Ilahi.. Amiiin
Referensi:
Dewan Redaksi. (2001). Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve
Al-Qurtubi (2000). Tafsir al-Qurtubi juz VI (Al-Jâmi’ li Ahkâmil-Qur‘ân). tahqîq: ‘Abdur-Razzaq al-Mahdi, Dâr Al-Kitab Al-‘Arabi.
Katsir, Ibnu (2004). Tafsir Al-Qur’an al-Azhim. Cairo: Maktabah as-Shofa
Tinggalkan Komentar
Tambah Komentar
Blog Terkait
Hari Natal: Duri di tengah jalan Pluralitas
RUMAH INTUISI - ingat Hadis rasul tentang tingkat ke imanan yang mempunyai tujuh puluh tingkatan dan menyingkirkan duri di jalan adalah
Lebih DetailCatatan Akhir Tahun; Menjadi hidup apa adanya
RUMAH INTUISI - Ada yang sedikit menggelitik dari pemilihan judul artikel ini. Lebih memilih penggunaan kata "Menjadi" dari pada menjalani
Lebih DetailPara Pendaras Kalimat Cinta, Sebuah Epilog
RUMAH INTUISI - Ketika pertama kali rombongan haji menginjakkan kaki di Tanah Deli, dari perjalanan jauh di semenanjung dua Kota suci
Lebih Detail1 Muharram: Konsep waktu dalam Filsafat
RUMAH INTUISI - Hari berganti hari, tiba saatnya tahun baru Islam 1 Muharam 1445 H mengunjungi umat manusia dalam sepanjang tahun
Lebih DetailBlog Terkini
Hari Natal: Duri di tengah jalan Pluralitas
Menelusuri Akar dari kebencian, Gus Miftah dan Sunhaji
PKM UNIMED: SERAH TERIMA TAMAN BACA RUMAH INTUISI
Menu
Hubungi Kami
KOMUNITAS LITERASI PERADABAN
|
Tanjung Pura Kabupaten Langkat, Sumatera Utara - 20853 |
|
081360424202 |
|
muhammadsangbintang@gmail.com |