Gagasan Pendidikan Ideal Ki Hajar Dewantara dan Paolo Freire

Gagasan Pendidikan Ideal Ki Hajar Dewantara dan Paolo Freire

 

Oleh:
CUT EMMA MUTIA RATNA DEWI, SH, MH

RUMAH INTUISI - Bagi kedua tokoh pendidikan Nasional dan internasional di atas, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.

Pendidikan harus memiliki orientasi pada pengenalan realitas diri, terbebas dari hal yang bersifat menindas.

Banyaknya kasus kekerasan, intoleransi, juga bullying yang kerap terjadi, membuat banyak lembaga menaruh konsentrasi besar pada dunia pendidikan dan pembangunan karakter manusia.

Maka ketika Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengkampanyekan beda itu keren adalah merupakan bahagian penting terhadap perubahan sistem pendidikan dengan menselaraskan ruang guru bersama peace generasion.

Dan apa yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ini berjalan selaras dengan langkah UNESCO mencetuskan hari pendidikan internasional yang jatuh pada tanggal 24 Januari.

Pada dasarnya konsep pendidikan yang menjadikan peserta didik sebagai pelaku atau subyek yang dinamakan pendidikan hadap menghadap.

Dan bukan malah menjadi rol model banyak sistem pendidikan di dunia termasuk di Indonesia yang mengedepankan sasaran atau objek.

Hari Pendidikan Internasional. Hari pendidikan yang tadinya cuma ada di tanggal 2 Mei, dan ada juga di tanggal 24 Januari. Tapi skalanya lebih besar, karena diperingati oleh seluruh dunia, nggak cuma Indonesia.

Jadi, yang mencetuskan ditetapkannya Hari Pendidikan Internasional ini adalah Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), dan disepakati pada tanggal 1 Desember 2018. Nah, badan khusus milik PBB yang akan memfasilitasi peringatannya adalah UNESCO.

Sebuah badan milik PBB yang berfokus pada bidang pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan. Hari peringatan ini ditetapkan, sebagai bentuk upaya pengakuan hak asasi manusia atas pendidikan, manfaat pendidikan bagi individu serta masyarakat, dan juga hubungan antara pendidikan dan tercapainya hak asasi manusia lainnya.

Menurut penjelasan UNESCO, tanpa pendidikan yang adil dan berkualitas, negara tidak akan bisa memutus siklus kemiskinan. Kenapa? Karena jutaan anak-anak, remaja, dan orang dewasa akan tertinggal secara pengetahuan dan juga kemampuan mengoperasikan sesuatu.

Ditetapkannya Hari Pendidikan Internasional ini, nggak cuma akan jadi acara-acara seremonial aja kayak upacara-upacara yang biasa dilakukan, tapi nggak ada visi dan misi yang jelas ke depan. 

PBB memiliki sebuah agenda di tahun 2030, yaitu Pembangunan Berkelanjutan. Untuk mewujudkan agenda PBB ini, UNESCO mulai bekerja untuk membangun keterlibatan banyak pihak di seluruh dunia.

Fokus dari perayaan Hari Pendidikan Internasional ini adalah model pembelajaran yang beragam dan sesuai kebutuhan, pendidikan yang meningkatkan mutu manusia, pengetahuan dan pengaplikasian pelestarian planet, membangun kemakmuran, dan penanaman nilai-nilai perdamaian.

Ternyata menarik dan bagus banget ya tujuan dari ditetapkannya Hari Pendidikan Internasional ini. Kalau kita lihat dari tujuan-tujuannya, sepertinya bisa sejalan dengan pemikiran dari tokoh-tokoh pendidikan dunia. Dua diantaranya Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire.

Dua tokoh ini punya gagasan tentang bagaimana pendidikan itu berjalan secara ideal. Bagi keduanya, pendidikan itu harus membebaskan.

Bapak pendidikan Indonesia ini punya sebuah konsep pendidikan. Konsep yang menjadi gagasannya itu adalah Tri Sentra Pendidikan, yaitu Alam keluarga, alam perguruan (sekolah), alam pergerakan kepemudaan (komunitas, organisasi, dan lain-lainnya).

Lewat gagasan ini, Ki Hajar ingin menunjukkan bahwa, pendidikan itu nggak cuma berlangsung di sekolah saja, tapi juga keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Tugas dan tanggung jawab dari seorang yang terpelajar itu juga nggak cuma untuk diri sendiri, keluarga, dan pemerintah saja, melainkan untuk semua makhluk hidup.

Ketika Belanda menguasai Indonesia, Ki Hajar melihat bahwa ada satu masalah yang membuat masyarakat Indonesia tidak berdaya di hadapan bangsa kolonial ini.

Masalahnya ada di pengetahuan. Masyarakat bumiputera saat itu tidak bisa membaca menulis, tidak juga memiliki pengetahuan yang luas. Sehingga dengan mudah dibohongi oleh penjajah.

Sistem pendidikan yang dibawa dan diterapkan oleh Belanda di Indonesia, tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat bumiputera.

Sistem yang diterapkan justru membuat semua siswa menjadi seragam. Ditambah lagi, hanya anak-anak Belanda dan kalangan priyayi (orang kaya) saja yang bisa merasakan duduk di bangku sekolah formal.

Ki Hajar Dewantara melihat ini sebagai masalah, kenapa? Karena bagi Ki hajar, manusia-manusia Indonesia, harus tumbuh sesuai dengan kodratnya mereka, keahlian mereka, dan juga apa yang mereka minati. Akan menjadi bahaya ketika anak-anak Indonesia masuk ke dalam sistem pendidikan yang menyeragamkan semua anak.

Penyeragaman pengetahuan hanya akan menghasilkan pekerja-pekerja yang siap menuruti apapun yang diminta oleh atasannya. Hal ini sangat bertentangan dengan keinginan bangsa yang ingin merdeka dan berdaya.

Maka dari itu, bapak pendidikan kita ini terus berjuang untuk bisa melepaskan masyarakat Indonesia dari belenggu sistem yang membuat masyarakat sulit untuk maju, berkembang, dan berdaya.

Ia melihat, selama ini bangsa kita terjajah, bukan karena tidak mampu melawan penjajah secara fisik, melainkan kita justru kalah dalam sikap dan pemikiran. Dan semua itu lahir dan terbentuk melalui pendidikan.

Oleh karena itu, lewat perjuangannya, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa. Taman Siswa ini menjadi ruang pendidikan formal pertama yang dibuat oleh Ki Hajar, untuk masyarakat bumiputera.

Tujuannya, untuk membentuk pola pikir masyarakat Indonesia, agar mampu berdaya dan memiliki pemikiran yang cerdas, supaya tidak lagi dibodoh-bodohi oleh bangsa kolonial dan kaum priyayi.

Inisiasi Model Pendidikan Ala Freire

Tokoh pendidikan yang satu ini berasal dari Brasil. Berbagai macam pemikirannya dalam dunia pendidikan, membuat ia dikenal sebagai tokoh yang menyelamatkan pendidikan Brasil dari keterpurukan.

Freire dikenal dengan ide dan gagasannya tentang pendidikan kontekstual. Pemikirannya lahir dari kegelisahannya pada kondisi masyarakat Brasil saat itu.

Pada tahun 1929, Brasil mengalami gejolak krisis politik. Dampaknya, kondisi sosial ekonomi Brasil pun terpuruk dan mengakibatkan masyarakatnya jatuh dalam kemiskinan.

Kondisi itu membuat Freire sangat prihatin. Ia pun mulai mendedikasikan dirinya untuk menjadi kepala lembaga Cultural Extention Service, sebuah lembaga yang berfokus pada bantuan pendidikan, dengan program khususnya menjadikan masyarakat buta aksara menjadi melek huruf.

Untuk mengatasi masalah itu, Freire mempunyai sebuah gagasan untuk menurunkan angka buta aksara. Cara yang dilakukan Freire dalam melakukan pengajaran, lebih banyak menggunakan metode berdialog. Cara ini masuk ke dalam konsep Pendidikan Hadap Masalah Freire.

Pendidikan Hadap Masalah adalah konsep pendidikan yang menjadikan manusia sebagai titik acuannya. Peserta didik dihadapkan pada realitas sosial yang dekat dengan mereka.

Kemudian baik peserta didik maupun pendidik, saling berdialog untuk membahas masalah yang kerap terjadi.

Cara ini ternyata membuat peserta didik sangat antusias dalam belajar. Mereka merasa dekat dengan objek pembahasan. Karena itulah peserta didik pun lebih mudah memahami konteks yang sedang mereka pelajari.

Melalui proses dialog ini, perlahan mereka mulai bisa mempelajari masalah yang muncul dari realitas tersebut. Dari situlah peserta didik mulai membiasakan untuk mengeja nama atau sebutan-sebutan yang ada pada realitas mereka.

Dari mengeja itu, mereka pun mulai bisa membaca. Hingga akhirnya, melalui proses dialog yang sering mereka lakukan, sedikit demi sedikit masyarakat Brasil ini juga bisa menulis.

Masing-masing punya visi dan misi yang jelas untuk pendidikan, sesuai dengan ide dan gagasan pendidikan ideal yang telah digagas oleh Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire.

Barakah Pendidikan Sekolah Zaman Dulu

Seperti ada keberkahan yang hilang di dunia pendidikan era millenial 4.0 kini. Celakanya, menjadi kehilangan kesaktian membentuk mental mental anak-anak didik.

Dulu tak lah sehebat apalagi sedahsyat sekarang dalam berteori di dunia pendidikan. Bisa dibilang sekarang teori dunia pendidikan mungkin sudah menyentuh langit ke tujuh.

Maka sebenarnya ada suatu yang hilang yang disebut dengan keberkahan. Keberkahan bukan buatan manusia, melainkan atas rahmat Allah.

Bukan sekolah yang membuat orang sukses, tetapi Allah lah yang berada di balik semua kesuksesan manusia dalam usahanya.

Dalam kesempatan ini, secara khusus penulis ingin mengajak kita kita yang berusia di atas 40 tahunan ke atas, buat menengok sejenak ke belakang.

Dimasa SD kita yang ibaratnya nafas masih setengah-setengah, murid sudah diajak guru untuk menanam padi di sawah, mencari kayu bakar di hutan, hingga menimba air dari perigi (sumur) untuk dipakai guru di rumahnya dan disimpan di dalam tempayan (tong besar zaman dulu terbuat dari tanah liat).

Teori praktis dunia pendidikan saat ini berkata bahwa apa yang dilakukan oleh guru zaman dulu, tidak ada hubungannya dengan kurikulum dan media pendidikan sera lain-lain.

Murid saat itu disuruh mengerjakan pekerjaan oleh guru yang seakan tiada hubungannya dengan akademik. Bukan itu saja, bahkan mungkin saat itu pernah menjaga jualan guru.

Tak hanya itu juga, sambil mengaduh dan berteriak menjerit sampai mengeluarkan air mata yang bisa membuat mimisan akibat pukulan mistar (rol kayu penggaris besar) atau jangka pelingkar yang ujungnya runcing.

Dan disitulah inti atas itu semua. Pernahkah orang tua kita protes? atau orang tua kita mengeluh dengan tugas-tugas tadi? dan tidak pernah orang tua kita melarang mengikuti 'eskul' ala guru saat itu dengan mengambil kayu ke hutan, menanam padi di sawah, mengangkat air dan lainnya lagi.

Kenyataannya juga orang tua kita tak pernah mempersoalkan. Dan inilah sesungguhnya mata air yang mengalirkan keberkahan.

Atas kesabaran orang tua terhadap dunia pendidikan persekolahan. Sehingga Allah pun menjadi ' terintervensi' untuk turun tangan menurunkan rahmatNya.

Allah membalas segala kebaikan hati orang tua atas penghormatan terhadap guru dan eksistensi sekolah yang bahkan mungkin dengan segala kelemahannya.

Tak perlu pakai teori pendidikan, sebab orang tua kita tak paham itu semua. Tapi teori dan kehendak Allah berlaku, dan inilah yang disebut dengan keberkahan.

Boleh jadi kita sudah jauh berjalan, tapi mari kita coba lihat kembali betapa hebatnya pendidikan orang dulu. 'Kebodohan' guru dengan eskulnya serta kesabaran orang tua dengan ketidakpahamannya, mengusik Allah untuk menurunkan barakahNya (atas berkat rahmat Allah).

Bukan hanya bagi guru saja, tidak juga hanya untuk orang tua belaka, bahkan keberkahan itu dapat dinikmati oleh anak-anak didik.

Dan kita tengoklah sekarang, betapa sadis dan kejamnya ketika ada orang tua yang memenjarakan guru, anak murid memfitnah gurunya, dicubit dibilangnya menempeleng, diajari dibilangnya dicaci-maki, dinasehati dibilangnya dibilangnya dihina, ditegur juga ujarnya dipermalukan, maka bagaimana mungkin berkah Allah akan datang.

Maka kini bagi kita para orang tua usia 40 tahun ke atas, pernahkah saat SD dulu melakukan hal yang tak baik atau yang tak terpuji kepada guru? bahkan acapkali kita melindungi guru sampai berbohong kepada orang tua kita saat itu.

Bahkan orang tua jangan sampai tahu apapun keadaan yang diperintahkan guru untuk dikerjakan. Itu jugalah sebannya diakhir sekolah dulu, kita selalu menyisakan air mata kebahagiaan buat para guru kita tercinta.

(Bahan tulisan disadur dan diambil dari berbagai sumber terpercaya)

PENULIS ADALAH KOORDINATOR PRESIDIUM MAJELIS FORHATI NASIONAL & DIRUT CEC)


Selasa, 24 Januari 2023 14:11 WIB
Administrator
117 Lihat kali

Tinggalkan Komentar

0 Komentar

Blog Terkait

News
22 Juni 2024 16:23

Tagline "Perubahan" Kader KAHMI Sumut siap tarung di Pilkada Langkat

RUMAH INTUISI - berkepala pelontos berkumis tipis serta berkacamata adalah ciri khas abang yang satu ini. Selasa,14 Mei 2024 lebih kurang sebulan

Lebih Detail
News
21 Juni 2024 07:36

#KAHMIMILENIAL: Candu, cuan dan Secarik kekuasaan!

RUMAH INTUISI - apa yang meyebabkan suara perjuangan akhir-akhir ini semakin sepi, terutama dari kalangan anak muda para aktifis. Beberapa kali

Lebih Detail
News
02 Juni 2024 20:26

Secarik Narasi; Menatap visi misi KAHMI, sebuah Masa depan umat

Rumah Intuisi - Duduk termenung, seonggok lelaki di perempatan itu sepertinya aku kenal. ia terlihat lelah, barusan ikut dalam barisan

Lebih Detail
News
16 Juni 2023 22:30

AIDIL FITRI PETUGAS P3IH ; Urgensi Memaksimalkan Pelayanan Jamaah Haji Lansia

RUMAH INTUISI - Medan/16/-6/2023 Ada yang istimewa dalam momentum ritual pelaksanaan Ibadah haji tahun ini. Tagline program haji kali ini mengusung tema

Lebih Detail