Review Buku: Berdamai dengan Diri sendiri, Seni menerima diri apa adanya (Semacam Prolog)
Oleh : Cak Mat*
RUMAH INTUISI - Ketidak percayaan diri yang di skenario Hari ini manusia mana yang tidak dijejali dengan nilai-nilai yang disadari atau tidak, sudah membuat kita jauh dari rasa bersyukur dengan kodrat yang diberikan tuhan kepada kita?
Bagaimana tidak, setiap hari selalu ada figur figur baru yang dipertontonkan untuk menanamkan pola pikir yang merujuk pada satu tujuan: budaya konsumtif.
Menurut Mike Robbins dalam bukunya yang berjudul Be Yourself berulang kali menyatakan bahwa tiap manusia di dunia ini terlahir otentik.
tidak ada rupa maupun karakter dalam jiwa seseorang yang bisa di duplikat oleh orang lain sekalipun keduanya adalah kembar identik.
Titik dari seni saya pun berpikir bahwasanya setiap dari diri kita memiliki kelebihan dan kekurangan yang unik dan tidak dimiliki orang lain.
Suka tidak suka, mau tidak mau, ungkapan bahwa "cantik itu relatif"sebenarnya memang betul. Sebab standar cantik idealnya tidak bisa disamakan.
Apalagi dibentuk melalui tampilan dari figure figure dalam media promosi itu. Jika dengan menampilkan sosok wanita yang berbadan langsing dan berkulit putih adalah sebuah simbol kecantikan.
Lalu bisakah kita mengatakan mereka yang berbadan gemuk dan berkulit hitam itu jelek ? kalau kata Pramoedya Ananta Toer, pola pikir ini adalah pola pemikiran yang tidak adil sejak dalam pemikiran.
Sekarang coba bayangkan apabila seluruh wanita di dunia ini diciptakan menjadi langsing semua, tidak ada yang gendut, tidak ada yang kurus, bukankah hal tersebut amat membosankan.
Yang ada kemudian adalah standar kecantikan tidak lagi mereka yang berbadan langsing tetapi bergeser lagi menjadi begini atau begitu yang tak seperti apa lagi dan mau dibentuk macam apalagi.
Kita sebagai manusia biasa mungkin pernah secara tidak sengaja atau bahkan sengaja menilai buruk suatu karya orang lain.
Walaupun sebenarnya yang dihina adalah karyanya maka yang tersinggung pastinya adalah pembuatnya. Seperti halnya jika kita menghina manusia lain dengan perkataan ini jelek, itu gendut ini payah, ini tidak tampan, maka secara tidak langsung yang kita hina adalah penciptanya.
Siapakah dia? Tentu saja Tuhan yang maha esa. Seandainya banyak manusia yang menyadari hal ini pasti mereka tidak akan dengan mudahnya menilai buruk seseorang hanya dari tampilan fisiknya saja.
Selain itu; pemikir semacam ini pun pastinya akan jauh menolong seseorang menjadi korban iklan dan trend masa kini. Sebab tidak semua yang ditawarkan oleh zaman kekinian hari ini cukup bermanfaat dan bernilai kebaikan untuk diterapkan secara keseluruhan.
Jangan karena tidak mau berbeda dengan orang lain, kemudian kita merasa minder dan tidak punya 'nilai'yang sama seperti yang lain.
Ahli psikologi menyebut hal semacam ini dengan sebutam inferiority complex, alias sikap yang tidak mau menjadi berbeda dengan orang lain.
Padahal seperti yang disebutkan oleh Mike Robbins tadi, menjadi berbeda dan unik adalah sebuah garis takdir yang sudah pasti dimiliki manusia.
Lalu sampai kapan manusia modern ini tidak menyadari bahwa setiap dari diri mereka sebenarnya memiliki orisinalitas yang seharusnya bisa diunggulkan?
Sulitnya untuk bisa mensyukuri apa yang kita miliki jika dibiarkan akut maka akan mengakibatkan banyak hal yang lebih buruk salah satunya adalah rasa minder yang berlebihan.
Minder berlebihan atau rasa rendah diri tak jarang membuat banyak orang gagal menunjukkan potensi sebenarnya yang dia punya.
Bukan tidak mungkin jika ada orang yang sebenarnya memiliki banyak potensi harus mengubur diri dalam-dalam hanya karena penampilan fisiknya tidak sesuai Dengan prototype yang ditampilkan oleh media massa secara masif tersebut.
Mereka terlalu fokus pada kekurangan diri mereka yang tidak bisa diubah. Mereka terlalu lama mengutuk di diri sendiri untuk hal-hal yang tidak bisa dan dipastikan tidak diubah.
Tidak terus mengutuki diri sendiri apalagi sampai mengkufuri nikmat Tuhan lainnya. Maka, diri kita memerlukan sistem imun yang baik dan mengonsumsi zat detoksifikasi yang cukup untuk mencegah pengaruh buruk.
sebab jika Kita renungkan bersama secara tidak sadar, "pemikiran radikal bebas" itu jika dibiarkan akan menyebarkan virus-virus yang membahayakan tubuh.
Tameng yang bisa digunakan dalam proses pertahanan diri diantaranya adalah kemampuan mengenali kapasitas diri, berdamai dalam menerima kekurangan diri, dan berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Di atas semua itu diperlukan pedoman khusus dalam membentuk pola pikir/mindset semacam itu. pedoman itu bisa diambil dari keyakinan dalam diri dan menuntunkan figuritas utama dalam menjalani kehidupan. (Cak Mat)
Penulis adalah Kordinator Program Komunitas Literasi Peradaban RUMAH INTUISI.
Tinggalkan Komentar
Tambah Komentar
Blog Terkait
Hilang Rasa Rahasia Di Balik Bilik Suara
Rumah Intuisi. Tahun ini Pesta Demokrasi aku di pilih menjadi salah satu bagian panitia Pemilu 2024, aku terpilih menjadi Pangawas
Lebih DetailKisah Lelaki Warung
ObsesiPenaCak_Mat- .Ketika ku duduk di warung,ku menikmati secangkir kopi sambil memperlihat air Hujan turun, dengan lembutnya Menyentuh aspal yang kering
Lebih Detail"Bertarung Dengan Waktu"
Obsesi Pena Cak_Mat. Di musim hujan Setiap Pagi hujan rintik-rintik, aku sudah keluar dari rumah untuk Bertarung dengan waktu. Badan
Lebih DetailSelamat Hari Guru
Obsesi Pena Cak_Mat. Guru adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu,yang kemudian menyampaikan pengetahuannya kepada orang
Lebih DetailBlog Terkini
Hari Natal: Duri di tengah jalan Pluralitas
Menelusuri Akar dari kebencian, Gus Miftah dan Sunhaji
PKM UNIMED: SERAH TERIMA TAMAN BACA RUMAH INTUISI
Menu
Hubungi Kami
KOMUNITAS LITERASI PERADABAN
|
Tanjung Pura Kabupaten Langkat, Sumatera Utara - 20853 |
|
081360424202 |
|
muhammadsangbintang@gmail.com |